
Pendidikan di Papua: Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan
Pendidikan merupakan kunci utama dalam pembangunan suatu daerah, termasuk di Papua. Sebagai salah satu provinsi yang kaya akan budaya dan sumber daya alam, Papua menghadapi berbagai tantangan dalam sektor pendidikan, mulai dari keterbatasan infrastruktur, aksesibilitas, hingga kesejahteraan tenaga pendidik. Meskipun demikian, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah ini.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang kondisi pendidikan di Papua, tantangan yang dihadapi, serta harapan untuk masa depan yang lebih baik.
BACA JUGA ARTIKEL SELANJUTNYA DISINI: Pendidikan Terbaik di Indonesia: Tantangan dan Harapan Bangsa
1. Kondisi Pendidikan di Papua Saat Ini
Pendidikan di Papua masih mengalami kesenjangan yang cukup besar dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, tingkat partisipasi sekolah di Papua masih rendah, terutama di daerah pedalaman dan perbatasan.
Beberapa kondisi yang mencerminkan pendidikan di Papua antara lain:
-
Angka Melek Huruf yang Masih Rendah
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), angka melek huruf di Papua masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. Banyak anak di daerah pedalaman yang belum bisa membaca dan menulis dengan baik, terutama karena minimnya akses ke sekolah dan bahan bacaan. -
Kurangnya Fasilitas Pendidikan
Banyak sekolah di Papua, terutama di daerah pedalaman, masih dalam kondisi yang sangat terbatas. Beberapa sekolah masih menggunakan bangunan yang tidak layak, kekurangan meja dan kursi, serta minim akses listrik dan internet. -
Jumlah Guru yang Terbatas
Papua menghadapi kekurangan guru, terutama di daerah terpencil. Banyak tenaga pendidik enggan ditempatkan di daerah pedalaman karena keterbatasan infrastruktur dan fasilitas pendukung. Bahkan, ada beberapa sekolah yang hanya memiliki satu atau dua guru untuk mengajar semua mata pelajaran.
2. Tantangan Pendidikan di Papua
Ada beberapa faktor utama yang menjadi tantangan dalam meningkatkan pendidikan di Papua, di antaranya:
a. Akses dan Geografi yang Sulit
Papua memiliki topografi yang terdiri dari pegunungan, hutan lebat, dan sungai besar, yang membuat akses ke sekolah menjadi sulit. Banyak anak di pedalaman harus berjalan berjam-jam untuk mencapai sekolah terdekat. Beberapa daerah bahkan hanya bisa dijangkau dengan pesawat kecil atau perahu.
b. Kurangnya Tenaga Pendidik
Minimnya jumlah guru di Papua menjadi masalah serius. Selain jumlahnya yang rajazeus slot terbatas, distribusi tenaga pendidik juga tidak merata. Banyak guru yang lebih memilih mengajar di kota dibandingkan di daerah pedalaman karena keterbatasan fasilitas dan tunjangan yang kurang memadai.
c. Kurikulum yang Kurang Kontekstual
Kurikulum nasional yang diterapkan di seluruh Indonesia sering kali kurang sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Papua. Pendidikan di Papua seharusnya lebih menyesuaikan dengan kebutuhan lokal, termasuk memasukkan muatan lokal dalam pengajaran agar lebih relevan bagi anak-anak Papua.
d. Faktor Sosial dan Ekonomi
Banyak keluarga di Papua yang hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit, sehingga pendidikan bukan menjadi prioritas utama. Anak-anak sering kali harus membantu orang tua bekerja di ladang atau mencari nafkah, yang menyebabkan mereka tidak bisa bersekolah secara teratur.
e. Minimnya Teknologi dan Infrastruktur Digital
Di era digital seperti saat ini, akses ke internet dan teknologi menjadi faktor penting dalam pendidikan. Namun, di Papua, banyak sekolah yang belum memiliki akses internet, listrik yang stabil, atau perangkat pembelajaran digital. Ini membuat siswa di Papua tertinggal dibandingkan dengan daerah lain dalam pemanfaatan teknologi dalam pendidikan.
3. Upaya Meningkatkan Pendidikan di Papua
Meskipun menghadapi banyak tantangan, berbagai pihak telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Papua. Beberapa program yang telah dilakukan antara lain:
a. Program Indonesia Pintar (PIP) dan Beasiswa Otonomi Khusus (Otsus)
Pemerintah telah memberikan berbagai bantuan, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan beasiswa Otonomi Khusus bagi anak-anak Papua agar mereka tetap bisa melanjutkan pendidikan tanpa terbebani biaya sekolah.
b. Pengiriman Guru ke Daerah Terpencil
Program seperti Guru Garis Depan (GGD) dan SM3T (Sarjana Mengajar di Daerah Terluar, Tertinggal, dan Terdepan) telah membantu mengirimkan guru ke berbagai pelosok Papua. Namun, masih diperlukan lebih banyak tenaga pendidik yang bersedia mengajar di daerah pedalaman.
c. Pembangunan Infrastruktur Sekolah dan Akses Transportasi
Pemerintah daerah dan pusat telah membangun berbagai fasilitas pendidikan, termasuk sekolah baru dan asrama bagi siswa yang tinggal jauh dari sekolah. Selain itu, pembangunan jalan dan transportasi udara juga terus dilakukan untuk mempermudah akses ke sekolah.
d. Pemanfaatan Teknologi dalam Pendidikan
Beberapa inisiatif telah dilakukan untuk meningkatkan akses teknologi dalam pendidikan, seperti program internet gratis di sekolah-sekolah Papua dan pengadaan laptop atau tablet untuk siswa. Selain itu, ada juga upaya mengembangkan buku digital dalam bahasa daerah agar lebih mudah dipahami oleh siswa.
e. Pendidikan Berbasis Budaya Lokal
Beberapa sekolah di Papua mulai mengadaptasi kurikulum yang lebih sesuai dengan budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Misalnya, memasukkan kearifan lokal dalam pembelajaran, seperti mengajarkan keterampilan bertani, berburu, dan mengenal sejarah serta budaya Papua.
4. Harapan untuk Masa Depan Pendidikan di Papua
Meskipun masih banyak tantangan, masa depan pendidikan di Papua memiliki peluang untuk berkembang lebih baik. Dengan kerja sama antara pemerintah, komunitas lokal, dan organisasi sosial, berbagai solusi dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Beberapa harapan untuk pendidikan di Papua ke depan:
-
Pemerataan akses pendidikan hingga ke pelosok Papua
-
Peningkatan kesejahteraan guru agar lebih banyak yang mau mengajar di daerah terpencil
-
Pemanfaatan teknologi dan digitalisasi untuk mempercepat akses pembelajaran
-
Pendidikan berbasis budaya lokal agar lebih relevan dan menarik bagi siswa
Jika semua pihak terus berupaya meningkatkan pendidikan di Papua, maka generasi muda di wilayah ini akan memiliki peluang yang lebih besar untuk meraih masa depan yang lebih baik. Pendidikan bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga membuka jalan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Papua secara keseluruhan.

Pendidikan Terbaik di Indonesia: Tantangan dan Harapan Bangsa
Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun masa depan suatu bangsa. Di Indonesia, upaya untuk menciptakan sistem pendidikan terbaik terus dilakukan, meskipun masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Pendidikan terbaik tidak hanya tentang akademik yang unggul, tetapi juga tentang pembentukan karakter, keterampilan hidup, dan kesiapan menghadapi dunia yang terus berubah. Artikel ini akan membahas upaya dan langkah-langkah yang diambil untuk mewujudkan pendidikan terbaik di Indonesia.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah melalui kurikulum yang dinamis dan relevan. Kurikulum Merdeka yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi terobosan penting. Kurikulum ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas bagi sekolah dan guru dalam mengajar, serta fokus pada pengembangan kompetensi siswa sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain kurikulum, kualitas guru juga memegang peranan krusial dalam menciptakan pendidikan terbaik. Guru yang kompeten dan inspiratif dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat dan berpikir kritis. Program pelatihan dan sertifikasi guru terus digalakkan untuk meningkatkan kompetensi pendidik. Selain itu, peningkatan kesejahteraan guru juga menjadi perhatian, karena guru yang sejahtera dapat lebih fokus pada tugasnya mendidik generasi muda.
Infrastruktur pendidikan juga menjadi faktor penentu kualitas pendidikan. Di daerah terpencil, masih banyak sekolah yang kekurangan fasilitas dasar seperti ruang kelas, perpustakaan, atau laboratorium. Pemerintah dan berbagai pihak swasta telah berupaya membangun dan memperbaiki infrastruktur sekolah melalui program seperti Indonesia Pintar dan bantuan operasional sekolah (BOS). Namun, upaya ini perlu terus ditingkatkan agar semua anak Indonesia, tanpa terkecuali, dapat menikmati pendidikan yang layak.
Pendidikan karakter juga menjadi fokus dalam menciptakan pendidikan terbaik di Indonesia. Menghadapi era globalisasi, penting bagi siswa untuk memiliki nilai-nilai moral, etika, dan rasa cinta tanah air. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah-sekolah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan toleransi. Dengan demikian, siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang baik.
Peran teknologi dalam pendidikan juga semakin penting, terutama setelah pandemi COVID-19 mempercepat transformasi digital. Pembelajaran slot mahjong daring menjadi solusi untuk memastikan proses belajar mengajar tetap berjalan. Platform seperti Rumah Belajar dan Google Classroom membantu siswa dan guru tetap terhubung. Namun, tantangan seperti kesenjangan digital masih perlu diatasi, terutama di daerah yang minim akses internet dan perangkat teknologi.
Meskipun masih banyak tantangan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan sistem pendidikan terbaik. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal ini. Dengan kurikulum yang relevan, guru yang berkualitas, infrastruktur yang memadai, pendidikan karakter yang kuat, serta pemanfaatan teknologi, Indonesia dapat menciptakan generasi muda yang siap menghadapi masa depan. Pendidikan terbaik bukan hanya mimpi, tetapi tujuan yang dapat dicapai dengan kerja keras dan komitmen bersama.
Baca Juga: Sejarah Pendidikan Indonesia berasal dari Masa ke Masa

Sejarah Pendidikan Indonesia berasal dari Masa ke Masa
Indonesia jadi tidak benar satu negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia miliki lebih berasal dari 17.000 pulau dan hanya lebih kurang 7.000 pulau yang berpenghuni. Secara astronomi, letak Indonesia diapit oleh dua benua yaitu Benua Asia dan Australia serta dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Pasifik. Indonesia tenar dengan sumber kekuatan alam (SDA) yang melimpah ruah di setiap wilayahnya. Oleh karena itu, terhadap zaman dahulu Indonesia diincar oleh banyak bangsa barat hanya untuk menguasai hasil rempah dan memperbudak mereka, lebih dari satu di antaranya yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Jepang.
Dari zaman sebelum saat merdeka sampai sekarang kami udah mengenal perihal arti pendidikan. Namun, pendidikan di Negara Indonesia terhadap zaman dahulu terlalu buruk. Tidak seluruh rakyat Indonesia dapat menempuh jenjang pendidikan yang layak. Padahal pendidikan jadi tidak benar satu kebutuhan yang paling penting bagi individu untuk membentuk cii-ciri suatu bangsa. Oleh karena itu, kami sebagai bangsa Indonesia yang hidup di zaman moderen ini kudu bersyukur karena semuanya udah mengalami banyak perubahan.
Beberapa catatan perihal histori pendidikan di Indonesia merasa berasal dari pendidikan terhadap era (penjajahan) Portugis, Belanda, Jepang; Masa Kemerdekaan; Orde Baru sampai Reformasi. Setiap era pendidikan miliki kesamaan tujuan tetapi dengan proses penerapan yang berbeda-beda. Dalam artikel ini dibahas perihal bagaimana histori pendidikan berasal dari era ke era dapat membentuk cii-ciri suatu bangsa sehingga kami sebagai bangsa Indonesia yang hidup di zaman moderen tidak lupa bersyukur dan dapat memakai kemajuan teknologi semaksimal bisa saja ke arah yang lebih positif. Kita kudu dapat menuai setiap pelajaran dan makna yang terdapat berasal dari diciptakannya pendidikan di era lalu.
Kata kunci: sejarah, interaksi, proses pendidikan, karakter, teknologi
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan tidak benar satu kebutuhan manusia untuk dapat berproses dan berinteraksi di dunia luar dengan seluruh masyarakat sekitarnya. Pendidikan termasuk jadi tidak benar satu bekal terutama di era depan. Pendidikan itu udah kami kenal sejak zaman sebelum saat Negara Indonesia merdeka sampai sementara ini. Pendidikan jadi tidak benar satu hal pokok yang kudu dipehatikan karena pendidikan dapat membentuk cii-ciri khusus setiap orang andaikan benar-benar dalam menekuninya.
Pendidikan adalah proses pembelajaran perihal akhlak, pengetahuan pengatahuan dan keterampilan yang jadi formalitas turun-temurun sekelompok orang untuk jalankan pengajaran, pengamatan, pelatihan atau penelitian. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1), pengertian pendidikan adalah usaha paham dan terencana untuk mewujudkan kondisi studi dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk miliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Dikutip berasal dari laman di akses terhadap tanggal 15 Oktober 2019, pukul 07.55 WIB). Secara segera maupun tidak segera pendidikan dapat beri tambahan kami pengetahuan pengetahuan baru, membentuk cii-ciri khusus yang lebih baik dan mempermudah kami merintis karir di era mendatang.
Pendidikan menurut tidak benar satu tokoh yaitu M. J. Langeveld (1980), merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang yang dewasa untuk menolong mencapai kedewasaan seseorang terlebih anak-anak yang tetap belum dewasa (di kutip berasal dari laman di akses terhadap tanggal 3 Desember 2019, pukul 21.23 WIB). Sejarah pendidikan mencatat bahwa Indonesia merupakan tidak benar satu negara yang miliki mutu pendidikan paling rendah dibandingkan negara-negara lainnya, walaupun usaha pemerataan proses pendidikan udah dilakukan dan dianggap meningat cukup signifikan, (Jakarta, CNN Indonesia). Pendidikan sementara ini secara umum bisa saja udah dilakukan nyaris di seluruh wilayah Indonesia. Pendidikan ini biasa kami kenal dengan arti “sekolah” yaitu tidak benar satu pendidikan resmi yang tersedia di Indonesia.
Sistem pendidikan yang dilakukan pun nyaris total memakai teknologi-teknologi canggih layaknya komputer/laptop, LCD proyektor, handphone, WiFi, dsb. Berbeda dengan pendidikan terhadap zaman-zaman sebelum saat merdeka merasa berasal dari pendidikan terhadap era (penjajahan) Portugis, Belanda, Jepang; Masa Kemerdekaan; Orde Baru sampai Reformasi. Pendidikan di zaman penjajahan (sebeum merdeka) sebetulnya dikatakan tidak seluruh rakyat Indonesia dapat mengeyam jenjang pendidikan yang baik. Hanya rakyat Indonesia spesifik saja yang dapat mengenyam jenjang pendidikan layaknya keturunan bangsawan (darah biru). Oleh karena itu, sementara kami tetap miliki peluang mengenyam jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka kudu dimanfaatkan semaksimal bisa saja untuk dapat pengaruhi era depan.
B. Metode
Metode atau beberapa langkah yang dilakukan dalam pembuatan artikel ini adalah dengan memakai studi pustaka/studi literatur. Topik dalam pembuatan artikel ini udah di tentukan oleh ibu/bapak dosen mata kuliah “Pengantar Pendidikan”, namun sistematika selanjutnya merasa berasal dari pembuataan judul, abstrak, inti, pendahuluan sampai pembahasan memakai literatur baca merasa berasal dari e-book, jurnal, artikel, makalah, laporan penelitian terdahulu, karya ilmiah, ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lainnya. Dalam pembuatan artikel ini termasuk terdapat proses mengumpulkan seluruh informasi yang terpercaya (relevan) dengan topik yang udah ditentukan berasal dari pembahasan sebelumnya. Metode studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari dan membaca lebih dari satu literatur-literatur yang berkaitan dengan topik persoalan yang jadi objek pembahasan di dalam artikel.
C. Hasil
Pendidikan udah kudu jadi tidak benar satu penentu era depan seseorang. Dengan disusunnya visi dan misi yang akurat di dalam suatu ruang lingkup instansi pendidikan sudah pasti dapat menjamin instansi pendidikan selanjutnya dapat membentuk cii-ciri individu yang menempuh pendidikan di dalamnya jadi lebih baik dan bertanggung jawab dengan lingkungan sekitarnya. Visi dan misi dalam suatu pendidikan kudu miliki sasaran yang paham dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Oleh karena itu, jadi suatu hal yang terlalu lumrah andaikan dalam pendidikan terdapat perubahan-perubahan subsistem pendidikan. Karena untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan zaman dan kebutuhan pendidikan suatu bangsa. Pendidikan berasal dari era ke era kudu senantiasa terjadi dengan baik dan disertai dengan landasan Visi dan Misi yang paham dan dapat menjawab tantangan di zaman mendatang. Pendidikan di Indonesia udah tersedia sejak era sebelum saat kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan. Pertama, ajaran agama jadi landasan pendidikan di antaranya, yaitu Pendidikan Agama Hindu-Budha, Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Agama Katholik dan Kristen Protestan. Kedua, kepentingan penjajah jadi landasan pendidikan di antaranya yaitu pendidikan terhadap era Portugis, pendidikan terhadap era Belanda (VOC), dan pendidikan terhadap era Jepang. Ketiga, pendidikan terhadap era Kemerdekaan. Keempat, pendidikan terhadap era Orde Baru. Kelima, pendidikan terhadap era Reformasi.
D. Pembahasan
Ajaran Agama jadi landasan Pendidikan
a. Pendidikan Hindu-Budha
Sistem pendidikan semenjak periode awal berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia semuanya udah bermuatan keagamaan. Pelaksanaan pendidikan keagamaan Hindu-Budha berada di padepokan-padepokan. Ajaran Hindu-Budha ini beri tambahan corak praktek pendidikan di zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kerajaan Kutai (Pulau Kalimantan), Kerajaan Tarumanegara sampai Majapahit (Pulau Jawa), Kerajaan Sriwijaya (Pulau Bali dan Sumatera). Kaum Brahmana terhadap era Hindu-Budha merupakan kaum yang menyelenggarakan pendidikan dan pelajaran. Maka kudu diketahui bahwa proses kasta yang diterapkan di Indonesia tidak terlalu keras layaknya proses kasta yang tersedia di India. Adapun lebih dari satu materi-materi yang dipelajari disaat pendidikan keagamaan Hindu-Budha berlangsung, yaitu teologi (ilmu agama), bahasa dan sastra (ilmu kecakapan), ilmu-ilmu kemasyarakatan (ilmu sosial), ilmu-ilmu eksakta (ilmu perbintangan), pengetahuan tentu yaitu (perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa), dsb.
Pada periode akhir berkembangnya pendidikan Keagamaan Hindu-Budha, pola pendidikan dilakukan oleh para guru pengajar di padepokan-padepokan tidak lagi berwujud kolosal dalam kompleks, dengan kuantitas murid relatif terbatas dan bobot materi pembelajaran yang berwujud religius dan spiritual. Selain studi untuk menuntut ilmu, para murid di padepokan ini termasuk kudu bekerja demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari mereka. Jadi dapat diartikan bahwa terhadap era pendidikan keagamaan Hindu-Budha pengelola pendidikan adalah kaum Brahmana, berwujud tidak formal, dapat mengakibatkan guru untuk singgah ke istana, dan pendidikan kejuruan dilakukan secara turun-temurun melalui jalan kastanya masing-masing.
b. Pendidikan Islam
Saudagar asal Gujarat terhadap abad ke-13 jadi tidak benar satu tanda-tanda berasal dari mulainya pendidikan berlandaskan ajaran Islam di Indonesia. Mula-mula kehadiran mereka terkait melalui hubungan tertib dengan para pedaganag asal pulau Sumatra dan Jawa. Kemudian, para saudagar yang beragama Islam asal Gujarat itu di Indonesia jadi penyebar agama Islam. Ajaran agama Islam awal berkembang di kawasan pantai pesisir, sementara ajaran agama Hindu tetap kuta di kawasan pedalaman. Kerajaan Samudra-Pasai (1297) di Indonesia jadi kerajaan Islam pertama lebih tepatnya Aceh. Jauh sebelum saat Kerajaan Samudra-Pasai berdiri pengaruh ajaran Islam udah masuk terlebih daulu ke Indonesia. Terbukti dengan terdapatnya batu nisan seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun terhadap th. 476 H (1082 M) di Leran, dekat Gresik Jawa Timur (di kutip berasal dari laman di akses terhadap tanggal 29 November 2019, pukul 0951 WIB).
Pada era pra-kolonial pendidikan agama Islam berwujud pendidikan di pesantren, pendidikan di musola/langgar dan pendidikan di madrasah. Pertama, Pendidikan di musola/langgar dilakukan secara sederhana dengan binaan guru mengaji yang miliki standing dibawah kyai, materi yang diajarkan membaca Al-Qur’an dan Fiqih Dasar. Kedua, Pendidikan di pesantren miliki proses pendidikan pemondokan sederhana, materi pembelajaran berwujud spesifik (keagamaan), penghormatan tertinggi kepada guru, tidak tersedia gaji untuk guru karena memotivasi santri cuman karena Allah SWT., dan santri singgah untuk menuntut pengetahuan secara bahagia rela. Ketiga, pendidikan di madrasah miliki proses pendidikan yang mengajarkan agama dan pengetahuan pengetahuan layaknya astronomi (ilmu falak), dan pengetahuan pengobatan. Ketiga proses pendidikan Islam ini senantiasa bertahan sejak datangnya kolonial Belanda sampai sementara ini.
c. Pendidikan Katholik dan Kristen Prostestan
Pendidikan Katholik bermula berasal dari abad ke-16 melalui orang-orang Portugis yang menguasai Malaka. Portugis miliki usaha melacak rempah-rempah untuk dijual di Eropa, karena sementara itu harga rempah-rempah terlalu mahal. Portugis dengan misionaris Katholik-Roma berperan ganda sebagai penasehat spiritual, menempuh perjalanan jauh disertai menyebar agama agama yang dipercayai terhadap setiap tempat yang di datanginya. Segera sesudah Portugis dan Katholik-Roma mendiami suatu pulau, menjadikan masyarakat setempat sebagai pemeluk Katholik-Roma merupakan usaha utama yang mereka lakukan. Kemudian, untuk edukatif anak-anak setempat didirikanlah acara seminar-seminar. Namun, hanya lebih kurang setengah abad (500 tahun) kekuasaan Portugis itu bertahan dan tidak terjadi lama karena diusir oleh Spanyol. Kemudian proses pendidikan bercorak agama Kristen-Protestan tersebar di bawah pengaruh bangsa Belanda di Indonesia.
2. Kepentingan Penjajah jadi landasan Pendidikan
a. Pendidikan terhadap Masa Portugis
Indonesia mengalami pertumbuhan berasal dari segi ekonomi yaitu perdagangan terhadap abad ke-16. Saat itu datanglah Portugis disusul dengan bangsa Spanyol singgah ke Indonesia untuk berdagang dan menyebarkan Agama Nasrani (Khatolik). Portugis singgah ke Indonesia dengan dengan missionaris tidak benar satu namanya ialah Franciscus Xaverius. Dalam penyebaran agama Nasrani (Katholik), menurut Franciscus Xaverius terlalu dibutuhkan untuk mendirikan sekolah-sekolah (seminarie). Pada th. 1536 udah berdiri sebuah seminarie di Ternate yang jadi sekolah agama anak-anak orang terkemuka. Pelajaran yang dierikan di sekolah Nasrani (Katholik) ini tersedia lebih dari satu diantaranya pelajaran agama, membaca, menulis dan berhitung. Kabupaten Solor, Flores Timur termasuk mendirikan semacam seminarie dan mempunyai kurang lebih 50 orang murid yang termasuk mengajarkan bahasa Latin. Tujuh kampung di Ambon penduduknya udah beragama Katholik terhadap th. 1546, di kampung ini ternyata termasuk menyelenggarakan pengajaran untuk rakyat umum. Pengajaran ini kerap mengakibatkan pemberontakan sehingga akhir abad ke-16 musnahlah kemampuan Portugis di Indonesia. Ini menandakan hilang termasuk missi Katholik di Maluku. Hilangnya tenaga missi itu jadi tidak benar satu akibat berasal dari jatuhnya Negara sehingga usaha-usaha pendidikan terpaksa kudu diberhentikan.
b. Pendidikan terhadap Masa Belanda
Belanda singgah ke Pulau Jawa Indonesia untuk berdagang dan menciptakan kekuasaan baru sesudah berakhirnya kekuasaan Portugis terhadap akhir abad ke-16. Belanda yang bergabung dalam badan perdangan VOC, berasumsi bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh Portugis kudu digantikan dengan agama Protestan yang dianutnya. Dengan itulah sekolah-sekolah keagamaan didirikan terlebih di tempat yang dulunya udah dipengaruhi agama Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol. Sekolah pertama di Ambon didirikan oleh VOC terhadap th. 1607. Pembelajaran yang diberikan yaitu membaca, menulis dan sembahyang. Guru pendidik berasal berasal dari Belanda dan mendapat upah. Salah satu alasan tidak tersedia susunan persekolahan dan gereja di Pulau Jawa karena Pulau Jawa tidak terkena pengaruh Portugis. Pada th. 1617 sekolah pertama didirikan di Jakarta, lima th. kemudia terhadap 1622 sekolah itu mempunyai murid 92 laki-laki dan 45 perempuan. Sekolah ini miliki tujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap sehingga dapat dipekerjakan di administrasi dan gereja terhadap pemerintahan. Bahasa Belanda jadi bahasa pengantar sampai th. 1786. Pendidikan kejuruan merasa terlihat sejak abad ke-19 dan terhadap abad ke-20 terlihat golongan baru yaitu golongan cerdik, pandai yang mendapat pendidikan Barat, tetapi golongan ini tidak mendapat tempat dan perlakuan lumrah dalam masyarakat kolonial. Partai yang timbul sesudah th. 1908 tersedia yang berdasarkan Sarekat Islam, berdasarkan sosial layaknya Muhamadiyah, tersedia pula berdasarkan asas kebangsaan layaknya Indische Partij. Indische Partij merupakan pergerakan yang pertama kali merumuskan semboyan Indie los van Nederland yang artinya “Indonesia Merdeka” dan disita alih oleh PNI (1928).
c. Pendidikan terhadap Masa Jepang
Jepang merupakan tidak benar satu negara penjajah Indonesia yang terjadi cukup pendek (17 Maret 1942–17 Agustus 1945). Jepang menguasai Indonesia dimana perang, segala usaha Jepang di tunjuukan hanya untuk perang. Murid-murid bergotong-royong mengumpulkan batu, kerikil, dan pasir untuk pertahanan, halaman seolah ditanami umbi-umbian dan sayur untuk bahan pangan, menanam pohon jarak untuk meningkatkan pasokan minyak demi kepentingan perang. Runtuhnya pengaruh kolonial Belanda diikuti dengan tumbangnya proses pendidikannya pula. Banyak orang Belanda diinternir oleh pemerintah militer Jepang sehingga banyak sekolah-sekolah untuk anak Belanda dan Indonesia kalangan atas lenyap. Hanya susunan sekolah untuk anak-anak Indonesia saja yang tertinggal. Sekolah rendah layaknya Sekolah Desa 3 tahun, Sekolah Sambungan 2 tahun, ELS, HIS, HCS masing-masing 7 tahun, Schakel School 5 tahun, dan MULO dihapus semua. Pendidikan Sekolah Rakyat (Kokomin Gakko) 6 tahun, Sekolah Menengah Cu Gakko (laki-laki) dan Zyu Gakko (perempuan) 3 th. yang tersedia di Indonesia sejak era Jepang dan tetap banyak lagi sekolah kejuruan (sekolah guru), yaitu sekolah untuk mempersipkan tenaga pendidik dalam kuantitas yang besar demi memompa dan mempropagandakan dorongan Jepang kepada anak didik.
3. Pendidikan Pasca Kemerdekaan
a. Pendidikan terhadap Masa Kemerdekaan
Tokoh pendidik yang berjasa terhadap era kolonial Belanda layaknya Ki Hajar Dewantara, Moh. Syafe’i berasal dari INS, Mr. Suwandi yang mengganti ejaan Bahasa Indonesia yang disusun pada mulanya oleh Van Phuysen. Dari lebih dari satu tokoh di atas, pemerintahan Indonesia udah berupaya untuk mengangkat tokoh yang berjasa dalam pendidikan Indonesia dimasa kolonial ini terhadap awal pendidikan era kemerdekaan. Pengangkatan Menteri PP dan K. Prof. Dr. Priyono berasal dari partai Kiri Murba jadi tanda pengaruh masuknya ideologi kiri di dunia pendidikan.
b. Pendidikan terhadap Masa Orde Baru
Usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III dan seterusnya udah dilancarkan oleh pemerintahan Orde Baru dengan tokoh-tokoh teknorat dalam pucuk pimpinan pemerintahan. Rencana pendidikan dalam Pelita I ini dapat dikembangkan menurut satu rancangan dan menyesuaikan keuangan Negara. Harga minyak tanah yang melonjak naik terhadap era orde baru ini berakibat terhadap keuangan Negara yang membengkak. Hal ini jadi penyebab di dirikannya SD Inpres (Instruksi Presiden) mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran. Hasil berasal dari Pelita I dalam bidang pendidikan yaitu udah ditatar lebih berasal dari 10.000 orang guru. Enam puluh tiga koma lima juta buku SD kelas I udah dibagikan, 6000 gedung SD dibangun, 57.740 orang guru terlebih guru SD diangkat, serta 5 Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Ujung Pandang udah dibangun.
c. Pendidikan terhadap Masa Reformasi
Kurikulum 1994 digunakan terhadap era pemerintahan Habibie udah mengalami penyempurnaan terhadap era pemerintahan Gus Dur. Pendidikan terhadap era pemerintahan Megawati mengalami perubahan tatanan, antara lain:
Diubahnya Kurikulum 1994 ke Kurikulum 2000 jadi Kurikulum 2002 sesudah disempurnakan (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yaitu kurikulum dalam orientasinya dalam pendidikan fokus terhadap 3 segi utama yang dikembangkan, antara lain segi afektif, kognitif, dan psikomotorik.
UU No. 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional disahkan terhadap 8 Juli 2003 yang beri tambahan basic hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjujung HAM (dikutip berasal dari laman terhadap tanggal 29 November 2019, pukul 10.03 WIB)
Setelah jabatan Megawati turun dan digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 tetap berlaku disempurnakan dengan UU RI No. 14/2005 perihal Guru dan Dosen. Setelah penetapan UU selanjutnya disusul dengan perubahan Kurikulum KBK jadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berdasarkan terhadap PP No. 19 th. 2005 perihal Standar Nasional Pendidikan (di kutip berasal dari di akses terhadap tanggal 29 November 2019, pukul 19.17 WIB). KTSP merupakan kurikulum operasional yang dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri berasal dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, susunan dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus.
Kesimpulan
Dari artikel yang udah dibuat dapat diartikan bahwa histori pendidikan di Indonesia miliki cerita yang manarik era ke era nya. Sejarah pendidikan Indonesia di era lampau sampai sekarang beri tambahan kami uraian bahwa dalam bentuk apa-pun pendidikan itu tetaplah penting untuk membentuk cii-ciri khusus kita. Walaupun proses penerapannya berbeda-beda tetapi pendidikan miliki kesamaan tujuan. Mulai berasal dari pendidikan keagamaan, pendidikan karena penjajah sampai pendidikan https://www.nashvilletnroofers.com/ pasca kemerdekaan. Setiap era kudu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan bangsa di era itu dan dapat menjawab tantangan di era mendatang.
Baca Juga : Cerita Guru di Aceh Utara Hanya digaji Rp300 Ribu