Mei 17, 2025

Citycollegenews : Tantangan dan Solusi dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

Melengkapi Fasilitas Penunjang Belajar dan Mengajar

2025-05-11 | admin3

Merdeka Belajar di Desa: Internet Satelit untuk Pendidikan Terpencil

Pendidikan adalah hak semua warga negara, tanpa memandang tempat tinggal. Namun realitanya, masih banyak desa-desa terpencil di Indonesia yang kesulitan mengakses pendidikan berkualitas karena terbatasnya infrastruktur, terutama akses internet. Dalam era digital dan Kurikulum Merdeka seperti sekarang, koneksi internet bukan lagi pelengkap—tetapi kebutuhan pokok untuk belajar, mengakses informasi, dan mengikuti perkembangan zaman.

Salah satu solusi yang raja zeus mulai mendapat perhatian adalah internet satelit, teknologi yang dapat menjangkau wilayah yang belum tersentuh jaringan fiber optic atau BTS seluler.

Tantangan Pendidikan di Daerah Terpencil

Anak-anak di desa terpencil sering menghadapi hambatan seperti:

Kurangnya guru tetap dan fasilitas belajar memadai.

Sulitnya mengakses materi pembelajaran daring atau platform seperti Merdeka Mengajar.

Tidak adanya sinyal seluler atau internet kabel.

Terbatasnya wawasan digital yang membuat proses belajar menjadi tertinggal.

Kondisi ini bertolak belakang dengan semangat Merdeka Belajar, yang menekankan pembelajaran mandiri, akses terbuka terhadap sumber belajar, dan inovasi dalam pendidikan.

Internet Satelit: Solusi Nyata untuk Daerah Tanpa Jaringan

Teknologi internet berbasis satelit kini menjadi harapan baru bagi sekolah-sekolah dan rumah belajar di pelosok. Dengan menggunakan parabola dan modem khusus, sinyal internet bisa dipancarkan dari satelit langsung ke lokasi terpencil tanpa harus menunggu pembangunan menara atau jaringan kabel.

Beberapa keunggulan internet satelit untuk pendidikan:

Jangkauan luas: Bisa menjangkau pulau-pulau kecil, pegunungan, hingga hutan pedalaman.

Instalasi cepat: Tidak perlu menunggu proyek besar infrastruktur.

Mendukung pembelajaran daring: Guru dan siswa bisa mengakses video pembelajaran, e-book, bahkan ujian berbasis komputer.

Meningkatkan kualitas guru: Guru-guru bisa ikut pelatihan online, webinar, dan komunitas digital pendidikan.

Dukungan Pemerintah dan Swasta

Melalui program seperti Bakti Kominfo, pemerintah Indonesia sudah mulai menyebarkan akses internet satelit ke ratusan titik layanan publik, termasuk sekolah di 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal). Di sisi lain, pihak swasta seperti penyedia layanan VSAT (Very Small Aperture Terminal) juga mulai bekerja sama dengan lembaga pendidikan swasta maupun komunitas lokal.

Merdeka Belajar yang Sesungguhnya

Dengan akses internet yang merata, anak-anak desa bisa merasakan manfaat Merdeka Belajar seperti siswa di kota: mereka bisa belajar kapan saja, dari mana saja, dan memilih materi yang sesuai minat serta kebutuhan mereka. Bahkan, guru di desa bisa membimbing siswanya membuat karya digital, presentasi, dan mengakses dunia luar secara langsung.

BACA JUGA: Uruguay: Model Pendidikan Progresif di Tengah Amerika Latin

Share: Facebook Twitter Linkedin
Cerita Tentang Guru
2025-02-28 | admin9

Cerita Guru di Aceh Utara Hanya digaji Rp300 Ribu

Mengabdi sebagai guru honorer memiliki cerita tersendiri bagi mereka yang menjalaninya, salah satunya Faziliah. Sudah 13 tahun lamanya, perempuan ini membaktikan diri untuk negeri.

Jumlah gaji yang diterima perempuan 43 tahun itu memang tak sepadan dibandingkan dengan kerja keras yang ditekuninya, sebagai guru pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar (SD) Negeri 20 Baktiya.

Gaji Rp300 ribu per bulan tak membuat Faziliah patah braxtonatlakenorman.com semangat dalam mendidik anak-anak di sekolah. Dia bahkan mengaku pernah tak merasakan sepeser pun gaji selama lima bulan pada 2021.

“Sebenarnya kita butuh, tetapi jika disuruh memilih saya lebih baik gaji sedikit daripada dirumahkan, tahun kemarin saya hanya digaji 7 bulan tidak apa-apa yang penting saya masih tetap mengajar,” ujar Faziliah, Rabu (9/3/2022).

Selama perjalanannya sebagai guru honorer, Faziliah sudah mencoba mengikuti seleksi menjadi pegawai melalui Perjanjian Kerja (PPPK), namun tidak lulus.

“Untuk tahun ini gajinya belum cair, biasanya dirapel tiga bulan, mungkin cairnya awal bulan April,” tutur Faziliah.

Namun Faziliah tak mempermasalahkan hal itu. Ia dan para guru lain yang senasib hanya berharap agar pemerintah tak merumahkan mereka. Faziliah mengaku sangat bangga dengan profesinya saat ini.

“Saya libur sekolah misalnya sepi sekali rasanya. Apalagi saya hanya tinggal berdua di rumah sama suami, tetapi kalau saya mengajar saya terhibur melihat anak-anak didik di sekolah,” ucapnya.

Kata dia, gaji diterima selama ini masih jauh dari kata cukup. Untuk menutupi kekurangan rumah tangganya sehari-hari, Faziliah dan suami melakukan aktivitas lainnya seperti bertani dan berkebun.

“Saya sudah biasa digaji sedikit, tetapi saya tidak siap apabila dirumahkan, mungkin saya harus berusaha lagi agar lulus saat mengikuti PPPK,” imbuhnya.

Baca Juga : 5 Deretan Sekolah SMA Termahal Di Bandung Yang Memiliki Kualitas Terbaik

Morotarium tambang yang dikeluarkan melalui Instruksi Gubernur Aceh nomor 5/INSTR/2017 tertanggal 15 Desember 2017 telah berakhir pada 15 Juni 2018 lalu. Hingga saat ini belum ada wacana baru dari Pemerintah Aceh untuk memperpanjang morotarium tambang tersebut.

Meskipun demikian, Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Plt Nova Iriansyah mengaku tidak bakal memprioritaskan pemberian izin pertambangan. Hal ini disampaikan Juru Bicara Pemerintah Aceh, Wiratmadinata, di sela-sela jumpa pers Plt Gubernur Aceh terkait tindaklanjut penolakan masyarakat terhadap izin operasi PT EMM di Kantor Bappeda Aceh, Senin, 22 April 2019.

“Kebijakan Pemerintah Aceh pada saat ini lebih menitikberatkan pada sektor industri kecil dan menengah. Kita komit pada moratorium tambang,” kata Wiratmadinata.

Dia menegaskan, Pemerintah Aceh akan terus melakukan moratorium pertambangan. Komitmen itu dibuktikan dengan adanya pencabutan 98 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah dilakukan pada awal 2019. “Apalagi kalau dia (IUP) itu berpotensi merusak lingkungan,” tegasnya.

Share: Facebook Twitter Linkedin